Mimpi Indonesia Menjadi Negara Maju
Berkembang, berkembang, dan berkembang. Titel yang saat ini dimiliki Indonesia adalah negara berkembang. Lalu kapan kita bergelar negara maju? Berapa puluh tahun lagi kita harus melewati masa pendidikan ini?Indonesia Menjadi Negara Maju |
Seolah seperti mahasiswa yang baru menyelesaikan tugas skripsinya, begitulah Indonesia yang dari dulu sampai sekarang masih saja sarjana. Gelar negara berkembang sudah ada sejak zaman pemerintahan Soeharto, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda untuk menuju negara maju. Negara maju adalah negara yang tingkat kesejahteraan rakyatnya lebih tinggi dan sumber daya alamnya mampu dimanfaatkan dengan baik. Tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan masyarakatnya tinggi. Kesadaran hukum dan hasil pertanian dimanfaatkan dengan baik untuk diekspor. Lalu siapa yang tidak memimpikan Indonesia yang seperti itu?
Apakah Indonesia tidak punya potensi menuju ke situ? Indonesia Menjadi Negara Maju
Indonesia memiliki putra-putri terbaik. Mereka berhasil mengungguli rekan-rekannya dalam mengolah rumus-rumus fisika di tingkat internasional. Namun, apakah hanya sampai di situ? Seusai pulang dari kejuaraan atau olimpiade fisika, mereka hanya disediakan sedikit uang oleh pemerintah. Pemerintah seolah mengabaikan dan menganggap tidak penting sama sekali realisasi kecerdasan yang mereka miliki. Pemerintah tidak siap mengelola potensi sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa yang jarang dimiliki oleh negara lain.
Begitu juga dengan swasembada pangan. Program itu seolah mimpi di siang bolong. Toh kenyataannya, kita masih saja makan beras impor. Untuk mencukupi kebutuhan rakyat, beras saja harus diimpor dari negara lain.
Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi pertanian, perkebunan, dan perikanan yang luar biasa. Sawit, karet, kopi, kakao, pinang adalah potensi kuat sumber daya alam yang mendukung proses ekspor. Namun mengapa kita tidak memanfaatkannya dengan baik?
Belum lagi dengan daya pikat keindahan alam dan budayanya. Seribu satu keindahan alam dan keunikan budaya di Tanah Air menjadi cermin bagi negara lain. Hanya saja keunikan dan keindahan tersebut tidak dikelola dengan baik. Semuanya saat ini hanya cerita belaka.
Apakah terlalu dini bagi kita menjadi negara maju, karena usia negara yang sebentar lagi baru 68 tahun? Atau, mereka yang ikut olimpiade itu masih dianggap bocah oleh pemerintah. Wah, kapan majunya ya?
Di Indonesia, cukup banyak orang sukses. Dari beberapa kisah yang saya baca, kisah perjalanan menuju sukses mereka sangatlah mengharukan dan memotivasi. Tapi mengapa negeri ini tidak belajar dari suksesnya individu-individu tersebut?
Kita terlalu sibuk mengurus dua masalah utama di negeri seribu satu masalah ini. Yang pertama, sibuk mengurus kasus korupsi yang berbelit-belit dan kedua, kasus teroris yang bertele-tele.
Ada hal mengherankan dalam kasus tersebut. Mari kita lihat kasus korupsi. Berbagai kasus korupsi di negeri ini bagaikan sepotong kue lapis. Di atasnya terus ditambah lapisan-lapisan baru dengan rasa baru pula. Belum selesai satu kasus, muncul kasus baru yang menenggelamkan atau menindih kasus lama. Kasus lama seolah terlupa karena "cita rasa" lapisan baru.
Hal yang sama juga terjadi pada kasus teroris. Saya pernah lihat tayangan berita di salah satu media televisi swasta indonesia. Saat itu, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 sedang melakukan penyergapan di salah satu rumah di kawasan Bandung. Saat itu, katanya terjadi kontak senjata hebat antara teroris dan tim Densus sampai tujuh jam lamanya. Reporter televisi tersebut mengatakan, tim Densus 88 sebenarnya sudah lama mengintai terduga teroris yang ada di dalam rumah tersebut. Salah seorang terduga teroris yang berada di dalam rumah sudah lama diincar Densus.
Coba simak! Densus sudah mengintai keberadaan teroris tersebut sejak lama. Lalu, mengapa saat melakukan penyergapan bisa terjadi baku tembak. Kenapa tidak ditangkap saja ketika ia keluar dari rumahnya, lalu sergap di tengah jalan? Atau kepung rumahnya, saat para teroris itu sedang lelap. Mengapa harus dor, dor juga. Sepertinya, Densus sedang mencari popularitas saja.
Kemudian, beritanya disiarkan ke mana-mana. Pekerjaan Densus 88 yang menangkap terduga teroris mengalahkan berita duka seorang ibu yang tega bunuh diri bersama anak-anaknya karena tak punya uang dan tak bisa makan. Dalam kasus bunuh diri ibu-anak, pemerintah seharusnya ikut bertanggung jawab karena belum mampu memajukan bangsa. Dan yang tak boleh dilupakan, pemerintah juga punya segudang program, seperti swasembada pangan dan lainnya, yang belum terealisasi.
Menunggu realisasi Indonesia Menjadi Negara Maju
Masyarakat menunggu realisasi dari semua itu. Tidak ada cara lain. Satu-satunya cara agar mampu menyelesaikan tugas untuk memperoleh gelar negara maju adalah segera merealisasikan program yang telah dicanangkan. Untuk program swasembada pangan, pemerintah harus segera mempercepat realisasinya.Pemerintah yang didukung DPR harus menyediakan lahan bagi mereka yang cerdas di bidangnya. Kemampuan fisika, matematika, kimia dan lainnya, yang dimiliki oleh anak bangsa harus dimanfaatkan dengan baik. Beri kesempatan mereka menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai bagi negara, seperti yang lazim dilakukan negara maju.
Tak lupa, pemberantasan korupsi dan teroris harus dilakukan secara tegas. Koruptor dan teroris harus dihukum seberat-beratnya. Hukumannya harus lebih berat dari hukuman kepada seorang nenek yang dituduh mencuri dua buah kakao milik anaknya. Bila perlu beri hukum seumur hidup atau tembak saja mereka! Tak perlu bertele-tele agar muncul efek jera bagi calon koruptor dan teroris lainnya.
Dengan begitu, seluruh potensi untuk menjadi negara maju bisa dengan cepat diwujudkan. Kekayaan, keindahan, dan keunikan, yang kita miliki bakal menjadi unggulan yang menggiurkan setiap bangsa untuk menjadikan kita sebagai salah satu ratu di dunia. Semoga. Indonesia Menjadi Negara Maju
0 comments → Mimpi Indonesia Menjadi Negara Maju
Post a Comment